Silsilah nabi Ibrahim as. dan tempat lahirnya.
Menurut riwayat, ayah nabi Ibrahim adalah Aazar bin Sam bin Nuh. Beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram, di sebuah negara "Babilon". Pada zaman nabi Ibrahim as. berkuasalah seorang raja yang amat zalim, Namrud bin Kan'an namanya, kekejaman dan sikap yang dimilikinya tidak jauh berbeda dengan Fir'aun pada waktu zaman nabi Musa as. Negara Babilon pada masa itu termasuk kerajaan makmur, sejahtera, rakyatnya hidup senang serta cukup. Sesembahan mereka adalah patung-patung. Nabi Ibrahim as. lahir dan di besarkan dari seorang ayah sebagai pembuat patung dan pedagang patung-patung. Di tengah-tengah masyarakat yang begitu buruknya keadaanya, nabi Ibrahim sebagai Rasul, pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya. Allah menganugrahi suatu kepintaran berfikir, berdiskusi, dengan menggunakan kemampuan logika yang luar biasa. Kehebatan semacam itu, dapat kita simak dalam dialog dengan ayahnya sendiri maupun dengan kaumya. Demikian juga, dalam benak nabi Ibrahim semasa masih belum dewasa, selalu timbul keinginan untuk bertanya, tentang sang pencipta. Tetapi karena akal sangat terbatas, maka gagallah nabi Ibrahim mendapatkan siapakah pencipta alam ini. Di dalam upaya nabi Ibrahim untuk menemukan sang pencipta, telah terlukis didalam al Qur'an, surat al An'am ayat 74-79.
Nabi Ibrahim Berdiskusi Dengan Ayahnya dan Kaumnya.
Nabi Ibrahim merasa iba, kasihan melihat kehidupan dan kepercayaan ayahnya yang menyembah berhala. Beliau menyeru kepadanya agar supaya lekas bertaubat. Sebagaimana difirmankan didalam al Qur'an, surat. Maryam ayat 41-45
Seruan Ibrahim kepada ayahnya itu tidak diterima olehnya dengan penuh pengertian, akan tetapi malahan dibalas dengan ancaman. Ayahnya menjawab :
Yang artinya :
- Adakah engkau benci kepada Tuhanku ya Ibrahim?. Jika engkau tidak berhenti (menghinakanya), maka niscaya engkau akan kurajam, dan tinggalkanlah aku, buat waktu yang lama. (Q.S. Maryam : 46)
Cobaan Tuhan Kepada Nabi Ibrahim AS.
Nabi Ibrahim as. mempunyai 2 orang isteri, yang pertama bernama "Siti Sarah" dan yang kedua bernama "Siti Hajar". semula dengan Siti Sarah beliau tidak di karuniai putra. Kemudian beliau kawin dengan Siti Hajar mendapat seorang putra bernama Isma'il. Setelah usia Siti Sarah sudah agak lanjut, barulah beliau mendapat putra yang di beri nama Ishaq, dan Ishaq ini adalah ayah nabi Ya'qub as. Cobaan nabi Ibrahim as. terhadap putra kandungnya sendiri. Pada suatu hari nabi Ibrahim bermimpin diperintah Tuhan. Beliau kemudian bermusyawarah dengan putra sendiri. Bahwa perintah itu ntuk menyembelih anaknya (Isma'il). Kedua-duanya, yaitu istri beliau Siti Hajar dan putranya Isma'il, dimintai pendapatnya tentanng mimpinya itu. Kemudian berkatalah Isma'il : "Ayahku apabila ini merupakan wahyu yang harus di taati, sayapun rela untuk disembelih". Tiga orang tersebut telah sepakat dengan Ikhlas, melakukan perintah Tuhannya. Dengan penuh iman di dada, Ibrahimpun melaksanakan perintah itu, terpancarlah darah Ke badan Ibrahim, selaku manusia beliau bergetarlah, menenangkan putranya bila di pisahkan antara kepada dan badannya. Alangkah terkejutnya dan gembira, setelah melihat kenyataan, apa yang terjadi. Putranya Isma'il tidak tersembelih, Tuhan Maha kuasa, Se-ekor gibaslah yang tersembelih. Peristiwa ini merupakan asal permulaan Sunnah untuk berqurban yang dilaksanakan umat Islam pada setiap hari Raya Idul-Adha Di seluruh pelosok dunia. Keduanya mengucapkan syukur kepada kepada kebesaran Tuhan. Peristiwa tersebut di jelaskan dalam al Qur'an surat As Shoffat 101-111.
Bagaimana Cara Allah Menghidupkan Orang Mati
Sewaktu nabi Ibrahim as. memohon kepada Allah, supaya di perlihatkan, bagaimana cara menghidupkan yang mati. Oleh karena nabi Ibrahim itu seorang manusia yang sabar dan patuh menuruti perintah Allah, maka do'anya dikabulkan dan kepadanya diperlihatkan bagaimana cara Allah menghidupkan sesuatu yang telah mati. Keterangan ini telah di jelaskan dalam al Qur'an Surat Albaqoroh ayat 260.
Tuhan memperlihatkan dengan cara, potongan-potongan burung itu dibagi pula menjadi beberapa tumpuk yang diletakkan diatas bukit-bukit yang berjauhan, kemudian setelah di panggil nama-nama burung satu persatunya, maka berlari-larilah daging, terbang bulu-bulunya dari bukit yang satu bukit yang lain untuk menjadi burung kembali sebagaimana semula.
Semua ini karena kekuasaan Allah Yang Maha Besar. Hal itu memberi pelajaran kepada kita bagaimana dengan mudahnya Allah menghidupkan kembali orang yang telah mati pada hari berbangkit nanti.
Nabi Ibrahim as. dengan Raja Namrud
Dengan peristiwa dan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh nabi Ibrahim as. Raja Namrud merasa khawatir, kekuasaanya akan menjadi lemah, bahkan mungkin kerajaanya akan menjadi hancur. Beliau dipanggil oleh Raja Namrud, berdialog tentang hal ketuhanan. Dalam dialog tersebu, akhirnya Raja Namrud tidak mampu menjawab tantangan Nabi Ibarahim.
Ibrahim Meruntuhkan Semua Patung-Patung
Setelah terjadi dialog antara Ibrahim dengan kaumnya mengenai sesembahan mereka (ke Tuhanan). Telah menjadi adat kebiasaan bagi bangsa Babilon, yang setiap tahun mengadakan hari raya besar. Di hari itu semua anak negeri keluar meninggalkan kota pergi berburu. Ibrahim sengaja dihari raya itu tidak turut pergi ke luar kota. Dengan semangat hati yang tetap, dihancurkanya patun-patung tersebut sampai hancur luluh. Dengan beramai-ramai kaum penyembah berhala tersebut mencari, menangkap Ibrahim. Setelah melalui perdebatan yang sengit, mereka semuanya jatuh tersungkur dalam perdebatan itu mereka kalah dan lemah dalam perdebatan, akhirnya mereka sepakat dalam keputusanya untuk membaka Ibrahim. Persiapan telah cukup, nabi Ibrahim di giring ketengah-tengah onggokan kayu kayu yang sudah mulai menyala-nyala. Imannya tetap, keyakinanya penuh, untuk menjani cobaan tersebut. Nabi Ibrahim berada di tengah-tengah api yang menyala-nyala. Kemudian apa yang terjadi. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan dirinya dari siksa manusia. Api itupun tunduk pada perintah Tuhan, untuk menjadi dingin. Jangankan akan luka akibat terbakar, satu cacatpun tidak ada pada badan nabi Ibrahim. Dengan kejadian ini, berlakulah satu kejadian besar yang merupakan suatu mu'zizat kebenaran Ibrahim, satu ayat tanda kebenaran Allah. Nabi Ibrahim sangat menyadari tentang kesalahan kelmahan manusia dan kelemahan manusia, karena itu beliau memohonkan ampun do'anya tidak untuk dirinyasendiri, melainkan untuk keluarga serta keturunanya. Salah satu do'anya ialah :
Yanga artinya :
- Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk, patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepadakami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha penyanyang (Q.S. Surat al Baqoroh : 129)
Hikmah Yang Terkandung Dalam Riwayat ini.
- Keturunan bukan satu-satunya jaminan untuk menentukan kafir atau imamnya seseorang. Akan tetapi hidayah atau petunjuk dari Tuhan adalah menurut yang dikehendaki.
- Keyakinan yang beliau miliki melahirkan sikap berani dan berjiwa beasar. Walaupun ancaman hukuman senantiasa diarahkan kepadanya. Iman akan melahirkan jiwa besar dan percaya diri sendiri.
- Kecintaan beliau terhadap putranya (Isma'il) di uji oleh Tuhan, tetapi ternyata segalanya dapat dilalui.
No comments:
Post a Comment